Kamis, 09 April 2015

Batu Kecil Dapat Retak Karya Sheila Hasinna

BATU KECIL DAPAT RETAK
Pagi hari telah menjadi awan hitam bagi Caca. Caca adalah seorang gadis kecil yang tinggal di Panti. Seumur hidupnya dia belum pernah menaiki sepeda, padahal dirinya sudah berusia sembilan tahun. Telah lama Caca ingin menaiki sepeda yang dibelikan Ibu Panti, namun dirinya tak bisa menahan rasa takut terhadap sepeda.

Dirinya seolah tak berdaya bagai kapas tertiup angin. Bola mata bergelindingan kesana kemari melihat tiga orang anak bermain sepeda. Apa daya,bola mata tersebut hanya dapat memandangnya. Tiba-tiba datanglah Ibu Panti.
" Caca, kenapa kelihatannya kamu sedih sekali?" tanya Ibu Panti.
" Kapan ya Bu Caca dapat menaiki sepeda seperti mereka? " Jawab Caca kepada Ibu Panti.
"Sekarang!" Saut Ibu Panti semangat.

Caca berfikiran kesana kemari, dirinya seolah tak sadar.
"Sekarang?" Tanya Caca seolah penasaran.
Ibu Panti pun menjawab " Iya, sekarang memang kapan lagi?".

Caca berkeluh, badannya bersender di dinding.
"Jangan putus asa sebelum kamu mendapat hasil sayang." Jelas Ibu Panti kepada Caca.
"Tapi Bu, Caca sangat takut dengan sepeda, Caca takut terjauh lagi " Jawab Caca sambil menangis.
" Lupakan semua rasa itu, rasa itu hanya sebuah batu kecil di antara air lautan nak." Nasehat Ibu Panti kepada Caca.

Caca masih tetap berhirau kepada Ibu Panti, dirinya tetap menolak untuk menggali emas kembali.
" Untuk beberapa saat ini mungkin kamu daat menolak, namun suatu saat nanti keadaan yang akan membuatmu mengajak " Nasehat Ibu Panti berseru kembali untuk Caca.

Kaki tua perlahan mendekati pintu rumah. Kepala kecil menoleh kepandangan kaki tersebut.
" Baik Bu, tolong ajarkan aku untuk menaikinya." Seru Caca sambil menunjuk sepeda yang dibelikan oleh Ibu Panti.
"Naah, begitu dong itu baru anak hebat" Jawab Ibu Panti dengan senyuman gembira.

Tak beranjak lama, Caca dan Ibu Panti menuju ke tempat sepeda. Simpang siur kendaraan tertuju pada mereka. Keduanya saling bercanda tawa dengan senyuman yang kuat. Ibu Panti dengan penuh kesabaran mengajarkan Caca menaiki sepeda.
" Waaah, Ibu lihatlah aku sudah dapat menaikinya." Seru Caca dengan gembira.
" Bagaimana nak, sudah dapat meretakkan batu kecil itu?" Tanya Ibu Panti dengan penuh bangganya.
"Aaah, itu hanya sebuah batu kecil yang sangat mudah diretakkan dengan satu kali pukulan besi." Jawab Caca dengan percaya dirinya.
" Ibu sangat bangga dengan usaha kerasmu nak, tetapi ingatlah itu baru batu kecil, jika kamu mendapatkan batu besar kamu jangan pernah menyerah dan jangan pernah putus asa." Nasehat Ibu Panti kembali terdengar.
" Batu-batu itu akan kuretakkan dengan usaha kerasku Bu" Jawab Caca dengan hati beku.
"Selalu ingat ilmu padi Caca" peringatan Ibu selalu tersahut.
"Ilmu tadi tak akan pernah kulupakan Ibu, terimakasih telah mengajariku untuk meretakkan batu kecil itu Bu " Jawab Caca sambil memeluk Ibu Panti dengan tetesan air mata.
Pagi yang gelap telah berlalu, kini malam terang penuh dengan bintang telah datang. Kejadian tersebut menjadikan Caca lebih semangat dalam usaha kerasnya. Dia seolah-olah tak tahu sebagaimana besarnya batu yang akan dia terima di masa mendatang nanti, dirinya akan tetap menyiapkan besi yang akan memukulnya dengan satu kali pukulan.

0 komentar:

Posting Komentar

Pencarian

Pengunjung


Get this widget!
Diberdayakan oleh Blogger.

Inilah Saya

Teman

- See more at: http://tutorialseo-blog.blogspot.com/2012/03/cara-membuat-halaman-123-page-number.html#sthash.pf0fXsJQ.dpuf